Kamis, Mei 13, 2010

Meminum Bayangmu Di Gelas Pesta

Malam yang mempesona.
Aku hadirkan bayangmu lagi, entah yang ke berapa.
Lalu aku tuang ke dalam gelas pestaku.
Aku meminumnya.
: Menikmati bayangmu.
Hingga ku telan sampai lambung menetes ke hati.
Bayangmu meronta sambil meringis kesakitan.

Mungkin aku orang aneh yang terlahir di tengah musim bunga berguguran.
Meski aku belum merasa gila.
tapi, entahlah : gila atau waras.
Hanya orang lain yang berhak menilai atau bahkan memvonis.
Toh, orang yang gila menurutku, mungkin dia merasa waras.

Kembali ke bayangmu.
Ku hadirkan lagi.
: Aku pun menuangkan ke gelas pesta.
Aku minum. Namun rasa hausku tak hilang.
Bayangmu tak cukup meredam diam penderitaanku selama ini.
Karena berpisah denganmu adalah kepastian yang tak pernah aku cita – citakan.

Ku coba hadirkan engkau.
Berkali – kali aku meronta.
Ahh…aku tak bisa : mataku sakit, lidahku terhadang realita.

Malam, segeralah kau panggil matahari.
Bersama nyawa para embun menyambut fajar.
Kicau burung – burung.
Gemercik air di selokan – selokan.

Ku ingin menyambutmu, nanti !
Bersama anak –anak sekolah mananti bus kota.
Aku pun menanti hadirmu di sini.
Lalu bercerita tentang mimpi – mimpi indahmu di malam – malam hening pekat
tanpa kuasa rembulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar