Selasa, Juni 09, 2009

Dialog di semburat fajar pagi

Sebuah kisah,

saat-saat sebaris kata mewujud menjadi dialog cinta :

ketika dua titik air mata mengembun di ujung batang kering 
di iringi alunan fajar pagi yang mulai bergema. 

mereka saling menyapa, bergemuruh : 

Aku, air mata seorang gadis yang cinta pada seorang lelaki tapi ia telah hilang”. 
“Aku, air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis mencintai saya berlalu begitu saja.”


lalu dialog sirna ditelan semburat fajar pagi yang mulai memakan gelora kata
Dan embun terbang melebur di antara awan-awan kata. 

Untuk dia.......sesuatu yang indah dimataku.

Angin….
Bawalah cintaku dalam semilir dan geloramu
Letakkan tepat saat ia rindu akan aku

Malam,....datangkan aku dalam gelisahnya

sampaikan senyum heningku kepadanya

Mimpi.....sampaikan sumpahnya pada waktu…
bahwa kasihku untuknya abadi 

Mentari….
hangatkan ia dalam bahagia
hingga ia merasa damai

Basahi juga wahai hujan
sampai dia akan memanggilku dalam kuyupnya Untuk hangatkan dari sebaris dingin yang membungkusnya
hari ini,esok dan selamanya…….

Kucari Engkau, Sang Hyang...

Mencari-Mu di langit malam,
diantara gugusan terang bintang-bintang
diantara tanda-tanda fajar akan menyingsing
diantara semburat bayang hitam.
tapi tak kutemui diri-Mu

Lalu pesona zuhur pun tiba ketika

kembali ku melihat langit dan menatapi angkuhnya matahari, makhluk-MU…

tapi sekali lagi kau tak kutemui Engkau
ya Allah..
tak pantaskah ku melihat-MU

tapi ternyata Engkau benar ya Allah,
kau tunjukkan diri-MU hanya sedikit
namun itu bisa menyadari bahwa
ku tak mampu melihat-MU..
ku terlalu sombong pada-MU
padahal melihat makhluk-MU saja kutak mampu ya Allah..
matahari terlalu terang untukku
apalagi diri-MU
semesta terlalu besar tukku jelajahi
apalagi diri-MU
ternyata aku telah menemukan cahaya-MU
dalam tiap sujudku
dalam tiap kebaikan yang ku ikhlaskan untuk-MU dalam tiap siang dan malam yan Kau biarkan bergantian mengiringiku