Senin, Juni 22, 2009

SYAIR LAGUMU YANG TAK SELESAI

Ku coba menyanyikan syair – syair lagu yang kau tulis di malam kelabu itu.

Malam Sabtu, seminggu lalu.


Meski agak sulit aku nyanyikan, sebab musti memberi nada – nada 
Inilah syair terakhir yang kau tulis sebelum kau pergi bersama waktu dan beratnya angin malam musim gugur tahun ini.

Teriring bercak darah merah menghitam dan kisah – kisah yang terserak di lantai 
Dan lembar – lembar sejarah berabad –abad yang tertulis di kalender kamar ber-aroma melatimu.

Kau jemput musim kematianmu dengan pisau berlumut amarah
Oleh bayangmu sendiri yang kau sering bersengketa dengannya
Kau memilih dan menentukan jalanmu sendiri  

Kekasih, apa kabar di keheninganmu?
Masihkah kau ingin menulis syair – syair
Sedang kau kini terlalu berat untuk member jawab.

Di Kesunyian Jiwa yang Merindu

Semburat pesona mentari di ufuk timur
Lembut semilir angin utara perlahan mengiring datangnya pagi
Sang waktu mengantar hari berganti 
Dan alam pun berdzikir menyebut ke ajaiban Sang Pencipta
Sungguh pagi yang membuat jiwaku bergetar dalam damai

Di keheningan padang belantara pemikiran 
Di kesunyian sekeping jiwa yang merindu
Aku tertegun
Merenungi tapak demi tapak jalan pehuh liku seakan tak berujung …..
Alangkah indahnya , jika setiap hati terselimuti oleh kasihmu
Tapi hasrat hanyalah sebuah keinginan membuncah
Sedang realita terpasung 
Kadangkala,
Aku tak dapat membuktikan apa,
bagaimana dan siapa
Seperti keinginan sekeping jiwa yang bernyanyi sendu
Dalam hiruk pikuk dunia dan keajaiban alam raya
Aku berhening diri dalam kerangka hasrat 
Meski aku mengerti, sungguh aku mengerti
Bumi terus berputar, waktu pun terus berlalu
Dan aku harus tetap melangkah 
Tetap melangkah…