Rabu, Desember 24, 2008

Melangkah Pada Jarak Dua Anak Panah

Selalu melangkah pada jarak dua anak panah…

Berusaha mendekat dan tersampai pada alunan….

Sang Ruci…..

Yang selalu memberikan kesegaran bagi segalanya…

Tanpa terasa berusaha merengkuh dan berkuasa atasnya..

Bahkan setelah mengetahui…

Arti kebebasan dan kesendiriannya…

Hanya saja terlalu menyedihkan pada kesendiriannya…

Hanya saja terlalu menyakitkan pada amarahnya…

Kenyataan terkadang sangatlah jelas…

Terkadang bagai mencari dalam kegelapan…

Mereka membagi dalam dua keberadaan…

Adanya hitam dan putih….

Dan kemudian berlanjut pada cerita yang selalu mengisi dunia…

Dengan keindahan yang sesuai dengan kapasitasnya…

Yang tak dapat diraih rahasianya oleh sebagian manusia….

Memasuki lembaran baru…

Atau hanya akan mengulang kejadian yang sama…

Tak hanya janji semata…

Tak hanya usaha belaka….

Perpaduan antara kerusakan yang membunuh…

Dan jiwa yang luruh…

Sungguh seakan menjadi sebuah pantangan…

Pada satu jenis..akan kebebasan…

Mengutarakan perasaan…

Jatuhkan air mata….

Selalu mencoba berdalih…

Alasan-alasan yang menjadi perisai…

Kebohongan-kebohongan yang menyelamatkan..

atau malah menghancurkan?

Tak sanggup menilai segala sesuatu…

Ketika segalanya menjadi sulit…

Hanya diam terpaku…

Meratapi lemahnya kalbu….

I’m just a Sword with no honor….

I let my anger to spread and conquer…

And you are the flower

That will always bloom in the summer….

Siluet di Ujung Tahun

Semburat ungu violet di ujung senja desember

melukis indah di garis - garis lengkung langit

dan sesaat aku pun tersentak...

Sadari aku dari lamunan,

ternyata diriku telah jauh melangkah meskipun sekaligus berarti kehilangan

Satu demi satu...terkuak juga memoar- memoar liar terlintas di lingkar - lingkar gusar

Musim demi musim berlalu...

Menggores luka di pucuk - pucuk duri

Melukis tarian duka di ujung -ujung sejarah yang terserak

Aku kehilangan beberapa makna hidup

yang meski aku jalani 

siluet senja di bulan desember

menggugah aku akan hasrat - hasrat