Kamis, Mei 13, 2010

14 Mei 2003 : Sajak Buat Endang

Ku berikan buku kecil yang sudah agak lusuh itu kepadamu
Saat kubeli, buku itu masih suci
: Belum ada mata yang memelototi huruf demi huruf di lembar –lembarnya
Belum ada bekas minyak mnempel di cover, juga tulisan – tulisan nakalku yang menghias.

Dan…..
Kau minta aku untuk jangan pernah lupakan engkau
Aku tersenyum beberapa kali dengan senyum yang tidak kau pahami maupun yang bisa kau pahami.
Benarkah ?

Lalu kau beri aku sebuah pin kecil,…manis
Sayangnya aku kurang bisa mengerti makna pemberianmu ini
Mungkin engkau tak mau kalah denganku atau memang engkau benar – benar ingin aku tak lupa padamu.
Benarkah?
Teriring senyum. Senyuman asing!
Senyum yang tak bisa ku pahami
Telah aku lihat senyum, bermacam senyum
: baik yang terlihat di bibir maupun yang terbaca di mata
Namun tak sperti senyum-mu!

Lalu, dua minggu waktu pun pergi menghilang
Kini kutemukan dirimu juga asing bagi diriku, juga hatiku
Kucoba temukan dirimu di lorong – lorong labirin otakku
Tak kutemukan
Kecuali beberapa saat, itupun bukan wajah atu senyummu.
Tapi namamu.
Tak kuingat lagi lengkung wajahmu, hidungmu juga senyum asingmu.
Kucoba lagi untuk temukan wajah dan senyum asingmu di pin yang kau beri padaku
Tapi tak ku dapati engkau
Asing!
Dirimu juga hatimu
Seasing dulu, sebelum kau tersenyum padaku untuk pertama kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar