Jiwaku lelah bersandar di dinding pahatan sejarah,
lama kupandangi kaki langit seolah menghujam kokohnya bumi
Namun ternyata tak berujung sudah.
Seperti halnya intuisiku yang dulu begitu nyata namun sekarang menguap menjadi samar.
Kembali kulihat ke belakang jejak – jejak yang telah terhapus hujan, lalu kulukis ulang sketsa – sketsa mimpi di pasir pantai berbuih, sebelum jejak berikutnya terpahat ombak datang menghapus semuanya.
Sementara topan di ufuk barat memburamkan kaki langit senja ku.
Masihkah sendi – sendi ini tegar berpijak untuk melangkah, atau cukup sampai disini sampai laut datang merangkulku dalam belaiannya hingga tenggelam lenyap dan hilang.
lama kupandangi kaki langit seolah menghujam kokohnya bumi
Namun ternyata tak berujung sudah.
Seperti halnya intuisiku yang dulu begitu nyata namun sekarang menguap menjadi samar.
Kembali kulihat ke belakang jejak – jejak yang telah terhapus hujan, lalu kulukis ulang sketsa – sketsa mimpi di pasir pantai berbuih, sebelum jejak berikutnya terpahat ombak datang menghapus semuanya.
Sementara topan di ufuk barat memburamkan kaki langit senja ku.
Masihkah sendi – sendi ini tegar berpijak untuk melangkah, atau cukup sampai disini sampai laut datang merangkulku dalam belaiannya hingga tenggelam lenyap dan hilang.
Hilang yang begitu mempesona.
Ryan sang pujangga.. ^^
BalasHapus